Kamis, 02 Juni 2011

Guru ; Ujung Tombak Perbaikan Moral Bangsa

Selamat datang wahai calon guru, di dunia pendidikan yang penuh tantangan sekaligus harapan.....
Kuucapkan selamat atas keputusan terbaikmu untuk mau mengemban amanah suci ini dalam memperbaiki moralitas kaum muda yang makin jauh dari pesan-pesan agama.....
Tak pantaslah kata-kata penyesalan itu keluar dari bibirmu, entah karena pendapatanmu yang tak sepadan dengan perjuangan yang telah kau torehkan ataukah karena kesulitan yang kau hadapi saat tak sanggup mengatur polah anak didikmu. Sungguh kebulatan tekadmu untuk mengemban misi brilian ini akan mendapat balasan PAHALA dariNya sesuai dengan perkataan sang pendidik sejati Rasullullah SAW bahwa ”Siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala sebanyak pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Keikhlasan VS Materialistik
Suatu hari, seorang guru di sebuah kelas menyarankan murid-muridnya agar kelak mau menjadi penerusnya, yakni memilih profesi menjadi guru. Beliau berkata ”jadi guru itu enak lho Cah...wes gajine akeh, kerjone ra ngoyo, PNS pula!!, oponeh guru TK, mung ”keplak-keplok” thok entuk gaji akeh!!”... Itulah pesan salah seorang guru pada murid-muridnya kelas 3 SMA saat sang murid mulai bingung memilih bidang yang sesuai minat dan kemampuan mereka.
 Walhasil, sejak pernyataan yang disampaikan guru tersebut terekam dalam memori beberapa teman, mereka mulai tertarik dengan profesi ini. Kisah hidup seorang guru yang serba menyenangkan berhasil digambarkan oleh Ibu Guru tadi kepada murid-muridnya. Gambaran sekilas bahwa kehidupan guru sungguh akan berbagai fasilitas dan kemudahan berupa gaji yang tetap, status sebagai pegawai negeri, sampai jam kerja yang relatif singkat berhasil memotivasi teman-teman untuk kuliah di jurusan keguruan.
Maaf, dari pernyataan di atas saya tidak bermaksud menyalahkan teman-teman yang ingin mengambil jurusan FKIP atau keguruan. Namun, kesadaran untuk ikut terjun langsung dalam dunia pendidikan untuk ”memoles” moral anak-anak muda dengan akhlak yang mulia, itu sudah cukup menjadi motivasi siapapun yang ingin jadi seorang guru. Saya salut dengan orang-orang yang punya nyali untuk mau mengemban amanah menyampaikan ajaran kebaikan pada anak-anak, mendidik mental mereka dengan ketegasan, dan melatih mereka dengan kebiasaan bertanggung jawab dan jujur. Mereka dengan gagah berani mau terjun langsung untuk mendadani akhlak generasi muda dengan tangan mereka di saat semua orang hanya bisa melontarkan kritikan pasif yang numpang lewat terhadap akhlak anak-anak muda sekarang yang makin tak karuan. Namun sayang, ketika semua misi suci ini harus dinodai dengan motif materialistik dari pihak-pihak yang menganggap bahwa dunia pendidikan bisa menjadi sebuah ladang untuk mengeruk materi.
Tidak ada yang salah ketika seorang remaja memilih untuk kuliah di jurusan keguruan lantaran ingin tetap tinggal di kota asalnya atau karena memilih jurusan itu dengan pertimbangan passing-greadnya yang lumayan bisa dijangkau. Tapi agak memprihatinkan ketika seseorang memutuskan untuk menjadi guru lantaran tak ada pekerjaan lain yang lebih menjanjikan materi ibarat peribahasa tak ada rotan akar pun jadi.

Standar Ideal Seorang Guru
Setiap orang berhak mencari nafkah untuk keluarganya, tak terkecuali seorang guru. Bapak ibu guru berhak menerima gaji atas hasil jerih payahnya bekerja. Dalam hal ini kepentingan atas materi dan kesadaran untuk mendidik sama-sama kuatnya. Yang menjadi permasalahan adalah ketika semangat untuk mencari nafkah tidak diiringi dengan kesadaran untuk memperbaiki kualitas mengajar murid-murid. Ada guru yang setiap kali mengajar hanya menyuruh murid-muridnya mengerjakan LKS, hanya memberikan tugas lalu meninggalkan kelas entah kemana, bahkan banyak yang hanya mentransfer ilmu yang mereka miliki pada murid-muridnya tapi menjelang ujian kelulusan malah menyarankan murid-muridnya untuk saling bekerja sama (contekan).
Ada hal-hal yang terkadang tidak disadari. Sebetulnya seorang guru punya 3 posisi strategis dalam dunia pendidikan; Pertama: mereka punya kesempatan menjadi PENGAJAR, yang siap mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, yang Kedua : setiap guru harus menjadi seorang PENDIDIK bagi murid-muridnya untuk menanamkan kebiasaan atau etika sopan-santun, kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian, serta kejujuran. Dan yang terakhir, seorang pengajar sekaligus pendidik harus mampu menjadi ”guru” di depan siswanya. Kata ”guru” dalam bahasa jawa diartikan ”digugu lan ditiru” (ditaati dan dicontoh). Artinya, sebelum mengajari dan mendidik siswanya, seorang guru dituntut harus punya kepribadian yang baik meliputi tutur katanya yang halus dan sopan, pemikirannya yang kritis dan tajam, serta loyalitasnya di dunia pendidikan sehingga sang siswa mampu menangkap teladan yang dapat dijadikan inspirasi dalam kehidupannya. Hingga pernyataan ”my teacher is my inspiration”  tak hanya sekedar ucapan saja, tapi juga tertanam kuat dalam sanubari setiap siswa.
Kesabaran Berbuah Kenikmatan
Pak presiden berjanji akan menaikkan gaji guru, tapi sepertinya tidak semua guru. Hanya guru yang berstatus PNS saja yang gajinya dinaikkan. Padahal masih banyak Guru Tidak Tetap (GTT) yang mengabdi di sekolah-sekolah. Walhasil, banyak guru-guru bantu tersebut berdemo menuntut kenaikan gaji ditambah kenyataan gaji mereka lebih rendah dari gaji buruh sekalipun.
Silakan bapak dan ibu guru tidak tetap (GTT) menuntut apa yang menjadi hak bapak ibu guru sekalian. Tapi ingat, tuntutan seperti itu mesti dibarengi dengan peningkatan kualitas dalam mengajar, mendidik, maupun menjadi contoh bagi murid-murid.
Untuk teman-teman di jurusan keguruan, pilihan kalian sangat tepat untuk masuk di jurusan ini, karna perjuangan kalian sangat dibutuhkan untuk menghidupkan kembali arti mulia sebuah pendidikan. Dan kelak di akhirat setiap manusia tak terkecuali para guru akan dimintai pertanggungjawaban atas upayanya mendidik generasi muda. Jika tugas kalian dilakukan dengan baik, maka tentunya Allah akan memberikan rahmatNYa bagi para pengajar kebaikan. Namun jika tidak, Wallohu a’lam apa yang akan terjadi, kualitas umat akan berada di ujung tanduk kebinasaan. 
Semoga Allah membalas kebaikan para pengajar kebaikan...Amin

0 komentar:

Posting Komentar