Selamat datang
wahai calon guru, di dunia pendidikan yang penuh tantangan sekaligus harapan.....
Kuucapkan selamat
atas keputusan terbaikmu untuk mau mengemban amanah suci ini dalam memperbaiki
moralitas kaum muda yang makin jauh dari pesan-pesan agama.....
Tak pantaslah
kata-kata penyesalan itu keluar dari bibirmu, entah karena pendapatanmu yang
tak sepadan dengan perjuangan yang telah kau torehkan ataukah karena kesulitan
yang kau hadapi saat tak sanggup mengatur polah anak didikmu. Sungguh kebulatan
tekadmu untuk mengemban misi brilian ini akan mendapat balasan PAHALA dariNya
sesuai dengan perkataan sang pendidik sejati Rasullullah SAW bahwa ”Siapa yang
menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala sebanyak pahala orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah).
Keikhlasan VS Materialistik
Suatu hari,
seorang guru di sebuah kelas menyarankan murid-muridnya agar kelak mau menjadi
penerusnya, yakni memilih profesi menjadi guru. Beliau berkata ”jadi guru itu
enak lho Cah...wes gajine akeh, kerjone ra ngoyo, PNS pula!!, oponeh guru TK,
mung ”keplak-keplok” thok entuk gaji akeh!!”... Itulah pesan salah seorang guru
pada murid-muridnya kelas 3 SMA saat sang murid mulai bingung memilih bidang
yang sesuai minat dan kemampuan mereka.
Walhasil, sejak pernyataan yang disampaikan
guru tersebut terekam dalam memori beberapa teman, mereka mulai tertarik dengan
profesi ini. Kisah hidup seorang guru yang serba menyenangkan berhasil
digambarkan oleh Ibu Guru tadi kepada murid-muridnya. Gambaran sekilas bahwa
kehidupan guru sungguh akan berbagai fasilitas dan kemudahan berupa gaji yang
tetap, status sebagai pegawai negeri, sampai jam kerja yang relatif singkat
berhasil memotivasi teman-teman untuk kuliah di jurusan keguruan.
Maaf, dari
pernyataan di atas saya tidak bermaksud menyalahkan teman-teman yang ingin
mengambil jurusan FKIP atau keguruan. Namun, kesadaran untuk ikut terjun langsung
dalam dunia pendidikan untuk ”memoles” moral anak-anak muda dengan akhlak yang
mulia, itu sudah cukup menjadi motivasi siapapun yang ingin jadi seorang guru.
Saya salut dengan orang-orang yang punya nyali untuk mau mengemban amanah
menyampaikan ajaran kebaikan pada anak-anak, mendidik mental mereka dengan
ketegasan, dan melatih mereka dengan kebiasaan bertanggung jawab dan jujur. Mereka dengan gagah berani mau terjun
langsung untuk mendadani akhlak generasi muda dengan tangan mereka di saat
semua orang hanya bisa melontarkan kritikan pasif yang numpang lewat terhadap
akhlak anak-anak muda sekarang yang makin tak karuan. Namun sayang,
ketika semua misi suci ini harus dinodai dengan motif materialistik dari
pihak-pihak yang menganggap bahwa dunia pendidikan bisa menjadi sebuah ladang
untuk mengeruk materi.
Tidak ada yang
salah ketika seorang remaja memilih untuk kuliah di jurusan keguruan lantaran
ingin tetap tinggal di kota asalnya atau karena memilih jurusan itu dengan
pertimbangan passing-greadnya yang lumayan bisa dijangkau. Tapi agak
memprihatinkan ketika seseorang memutuskan untuk menjadi guru lantaran tak ada
pekerjaan lain yang lebih menjanjikan materi ibarat peribahasa tak ada rotan
akar pun jadi.
Standar Ideal Seorang Guru
Setiap orang berhak
mencari nafkah untuk keluarganya, tak terkecuali seorang guru. Bapak ibu guru
berhak menerima gaji atas hasil jerih payahnya bekerja. Dalam hal ini
kepentingan atas materi dan kesadaran untuk mendidik sama-sama kuatnya. Yang
menjadi permasalahan adalah ketika semangat untuk mencari nafkah tidak diiringi
dengan kesadaran untuk memperbaiki kualitas mengajar murid-murid. Ada guru yang
setiap kali mengajar hanya menyuruh murid-muridnya mengerjakan LKS, hanya
memberikan tugas lalu meninggalkan kelas entah kemana, bahkan banyak yang hanya
mentransfer ilmu yang mereka miliki pada murid-muridnya tapi menjelang ujian
kelulusan malah menyarankan murid-muridnya untuk saling bekerja sama
(contekan).
Ada hal-hal yang
terkadang tidak disadari. Sebetulnya seorang guru punya 3 posisi strategis
dalam dunia pendidikan; Pertama: mereka punya kesempatan menjadi PENGAJAR, yang
siap mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, yang Kedua : setiap guru harus menjadi seorang
PENDIDIK bagi murid-muridnya untuk menanamkan kebiasaan atau etika
sopan-santun, kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian, serta kejujuran.
Dan yang terakhir, seorang pengajar sekaligus pendidik harus mampu menjadi
”guru” di depan siswanya. Kata ”guru” dalam bahasa jawa diartikan ”digugu lan
ditiru” (ditaati dan dicontoh). Artinya, sebelum
mengajari dan mendidik siswanya, seorang guru dituntut harus punya kepribadian
yang baik meliputi tutur katanya yang halus dan sopan, pemikirannya yang kritis
dan tajam, serta loyalitasnya di dunia pendidikan sehingga sang siswa mampu
menangkap teladan yang dapat dijadikan inspirasi dalam kehidupannya.
Hingga pernyataan ”my teacher is my
inspiration” tak hanya sekedar
ucapan saja, tapi juga tertanam kuat dalam sanubari setiap siswa.
Kesabaran Berbuah Kenikmatan
Pak presiden
berjanji akan menaikkan gaji guru, tapi sepertinya tidak semua guru. Hanya guru
yang berstatus PNS saja yang gajinya dinaikkan. Padahal masih banyak Guru Tidak
Tetap (GTT) yang mengabdi di sekolah-sekolah. Walhasil, banyak guru-guru bantu
tersebut berdemo menuntut kenaikan gaji ditambah kenyataan gaji mereka lebih
rendah dari gaji buruh sekalipun.
Silakan bapak dan
ibu guru tidak tetap (GTT) menuntut apa yang menjadi hak bapak ibu guru
sekalian. Tapi ingat, tuntutan seperti itu mesti dibarengi dengan peningkatan
kualitas dalam mengajar, mendidik, maupun menjadi contoh bagi murid-murid.
Untuk teman-teman
di jurusan keguruan, pilihan kalian
sangat tepat untuk masuk di jurusan ini, karna perjuangan kalian sangat
dibutuhkan untuk menghidupkan kembali arti mulia sebuah pendidikan. Dan kelak
di akhirat setiap manusia tak terkecuali para guru akan dimintai
pertanggungjawaban atas upayanya mendidik generasi muda. Jika tugas kalian
dilakukan dengan baik, maka tentunya Allah akan memberikan rahmatNYa bagi para
pengajar kebaikan. Namun jika tidak, Wallohu a’lam apa yang akan terjadi,
kualitas umat akan berada di ujung tanduk kebinasaan.
Semoga Allah
membalas kebaikan para pengajar kebaikan...Amin
0 komentar:
Posting Komentar