Rutinitas kuliah menjadi santapan harian mahasiswa. Yang masih
semester awal mungkin masih bekerja keras untuk mengatasi shock culture karena budaya yang ia temui di SMA ternyata jauh
berbeda dengan budaya di kampus. Jika biasanya di SMA siswa belajar dengan
durasi lebih dari delapan jam, bahkan lebih ketika harus digodok menjelang UN,
kini mereka harus bersiap belajar secara formal di dalam kelas hanya dalam
empat jam saja bahkan dua jam!. Banyak mahasiswa yang menghabiskan sisa harinya
dengan banyak hal. Bisa jalan-jalan, konkow-konkow,
kerja, atau tidur di kos.
Disadari atau tidak, masa awal kuliah menjadi masa keemasan yang
kadang mengkhawatirkan. Dari sinilah perjalanan panjang perkuliahan selama
hampir empat tahun akan dimulai. Masa permulaan kuliah adalah waktu yang sangat
tepat untuk memilih apakah akan menjadi pribadi yang disibukkan dengan hal positif
yakni dengan mengikuti kegiatan berorganisasi yang bermanfaat di kampus, atau
justru menjadi pribadi apatis yang banyak menghabiskan waktu yang tersisa dengan
sia-sia.
Lalu, adakah mahasiswa semester atas yang merasakan kegalauan karena
tak memanfaatkan fase keemasan di awal perkuliahannya? Jawabannya pasti ada.
Banyak dari mereka yang menyesal mengapa dulu tidak pernah ikut beberapa
kegiatan akademis yang ditawarkan organisasi kampus yang menunjang akademis dan
peningkatan kompetensi individu. Ada begitu banyak opportunity yang ditawarkan organisasi intra maupun ekstra kampus
yang ternyata sangat bermanfaat untuk menempa kompetensi diri. Akhirnya, yang
menyedihkan adalah ketika lulus para mahasiswa yang tak rajin memanfaatkan opportunity ini menjadi pribadi yang
tanggung. Mereka memiliki gelar, namun kosong dalam kompetensi.
Ada pula mahasiswa yang begitu idealis terlalu asyik mensibukkan diri
dalam aktivitas organisasi. Hal ini terkadang membuatnya tidak semangat masuk
kuliah bahkan terkadang mereka meninggalkan amanah orang tua untuk lulus tepat
waktu. Mahasiswa penuh hasrat berorganisasi ini menghabiskan waktu luangnya untuk
berbagai acara yang diseleggarakan organisasi yang ia ikuti. Rutinitas
organisasinya tak jarang membuatnya lupa bahwa ada hal yang seharusnya menjadi
prioritas. Ini dapat kita lihat dari wajah mahasiswa abadi yang cukup banyak di
kampus.
Menjadi mahasiswa, berarti harus siap menempa diri untuk memanage waktu sebaik-baiknya. Begitu pula
harus siap melihat kompetensi diri dan pandai mencium aroma opportunity yang ditawarkan berbagai
organisasi intra maupun ekstra kampus. Karena itulah sebelum menyesal, mulai
sekarang hendaknya mahasiswa memilih berbagai kegiatan dan organisasi yang
benar-benar menunjang karir dan akademiknya. Kegiatan organisasi menjadi
laboratorium atas ilmu yang didapat di kelas. Karena disadari atau tidak,
banyak hambatan yang dialami mahasiwa di kelas. Hambatan tersebut dapat berupa
hambatan fisik maupun non-fisik. Fasilitas belajar yang tidak memadai, metode
belajar yang konvensional dan terkesan hanya sebatas rutinitas, referensi
pelajaran yang terbatas, hingga dosen yang tidak kompeten adalah penghalang
bagi mahasiswa dalam mengatasi kehausan akan ilmu pengetahuan. Jadi percayalah,
kuliah aja gak cukup!
Dipublish di Koran Pabelan Desember 2012.
0 komentar:
Posting Komentar