Minggu, 12 Februari 2012

Jangan Menggunakan Logika Keegoisan

Manusia sering bertanya, untuk apa sebenarnya Allah menciptakannya. Pertanyaan itu sering muncul terutama ketika ia sedang menghadapi sesuatu yang tak menyenangkan (lagi-lagi saya menyebutnya tantangan). Tak jarang, pertanyaan itu diiringi dengan pikiran-pikiran melankolis seperti untuk apa Allah menciptakan manusia kalau hanya dihadapkan pada tantangan yang bertubi-tubi silih berganti.

Dalam hidup, selalu terjadi sesuatu yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Selalu ada dua hal yang berkebalikan dalam hidup ini. Terkadang manusia berpikir egois, ia menganggap sesuatu yang tak menyenangkan itu tak baik baginya, begitu pula sebaliknya, bahwa sesuatu yang menyenangkan itu sangat menguntungkan baginya. Pikiran semacam ini berindikasi pada penafian ‘tangan’ Allah. Seakan-akan semua yang terjadi, baik menyenangkan atau tidak, terjadi begitu saja. Hingga secara dzahir manusia berkesimpulan bahwa yang menyenangkan pasti baik dan yang tidak menyenangkan sudah pasti buruk untuk si manusia.

Berbicara tentang hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam hidup, hendaklah tak hanya menggunakan logika keegoisan semata. Kalau hanya menggunakan logika yang egois, akibatnya kesimpulan yang ada cenderung menganggap yang menyenangkan pasti baik, begitu pula sebaliknya. Sisi keegoisan manusia selalu mengukur segala sesuatu dimulai dari menyenangkan atau tidak bagi dirinya. Padahal jika si manusia yakin akan ‘tangan’ Allah, maka seharusnya ia berpikir dengan logika bijak bahwa sebagai khalifah, ia pantas diuji dengan bertubi-tubi tantangan yang tak menyenangkan. Sang Khalifah sudah selayaknya menyertakan ‘tangan’ Allah dalam setiap proses berpikirnya karena Ia lah yang menunjuk manusia menjadi wakilNya di bumi.

1 komentar:

  1. memang begitulah fitrah cara berfikir manusia,. Allah pun sudah memberi gambaran dan solusinya di surat al-ma'arij
    semoga bisa memenuhi kriteria2 yg disebutkan di surat tersebut.
    :)

    BalasHapus